|
|
|||||||||||||||||
Tidak ada penderitaan dalam hidup ini, kecuali orang yang membuat dirinya sendiri menderita.Tidak ada |
||||||||||||||||||
kesulitan sebesar dan seberat apa pun di dunia
ini, kecuali hasil dari buah pikirannya sendiri. Terserah kita, mau dibawa ke
mana kehidupan ini. Mau dibawa sulit, niscaya segalanya akan menjadi sulit.
Jika kita memilih jalan ini, maka silahkan, persulit saja pikiran ini. Mau
dibawa rumit pastilah hidup ini akan senantiasa terasa rumit. Perumitlah
terus pikiran kita bila memang jalan ini yang paling disukai. Toh, semua akan
tampak hasilnya dan, tidak bisa tidak, hanya kita sendiri yang harus
merasakan dan menaggung akibatnya.
Akan tetapi, sekiranya kehidupan yang terasa sempit menghimpit hendak dibuat menjadi lapang, segala yang tampak rumit berbelit hendaknya dibuat menjadi sederhana, dan segala yang kelihatannya buram, kelabu, bahkan pekat gulita, hendaknya dibuat menjadi bening dan terang benderang, maka cobalah rasakan dampaknya. Ternyata dunia ini tidak lagi tampak mengkerut, sempit menghimpit, dan carut marut. Memandang kehidupan ini terasa seperti berdiri di puncak menara lalu menatap langit biru nan luas membentang bertaburkan bintang gemintang, dengan semburat cahaya rembulan yang lembut menebar, menjadikan segalanya tampak lebih indah, lebih lapang, dan amat mengesankan. Allahu Akbar! Memang, "Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri" (QS Yunus [11]:44). Padahal Dia telah tegas-tegas memberikan jaminan melalui firman-Nya, "Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)" (QS ath-Thalaq [65]:7). Kendalikan Suasana Hati Kuncinya ternyata terletak pada keterampilan kita dalam mengendalikan suasana hati. Bagaimana caranya? Salah satu cara yang paling efektif adalah, manakala berhubungan dengan sesama manusia, jangan sekali-kali kita sibuk mengingat-ingat kata-katanya yang pernah terdengar menyakitkan. Jangan pula kita sibuk membayangkan raut mukanya yang sedang marah dan sinis, yang pernah dilakukannya di hari-hari yang telah lalu. Begitu hati dan pikiran kita mulai tergelincir ke dalam perasaan seperti itu, cepat-cepatlah kendalikan. Segera, alihkan suasana hati ini dengan cara mengenang segala kebaikan yang pernah dilakukannya terhadap kita, sekecil apa pun. Ingat-ingatlah ketika ia pernah tersenyum kepada kita. Kenanglah jabat tangannya yang begitu tulus atau rangkulannya yang begitu penuh persahabatan. Atau, bukankah tempo hari ia pernah menawarkan makan bersamamu atau menawarkan kebaik-kebaik padamu.
Pendek kata, ingat-ingatlah hanya hal-hal yang baik-baiknya saja, yang dulu pernah ia lakukan, seraya memupus sama sekali dari memori pikiran kita segala keburukan yang mungkin pernah ia perbuat. Allah Azza wa Jalla sungguh Maha Kuasa membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya. Kita akan kaget sendiri ketika mendapati hasilnya. Betapa cepatnya hal ini berubah justru sesudah kita berjuang untuk mengubah segala sesuatu yang buruk menjadi tampak baik. Bertambah dewasa ternyata tidak cukup hanya dengan bertambahnya umur, ilmu, ataupun pangkat dan kedudukan. Kita bertambah dewasa justru ketika mampu mengenali hati dan mengendalikannya dengan baik. Inilah sesungguhnya kunci bagi terkuaknya ketenangan batin. Suatu ketika kita dilanda Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memiliki waktu dan kesungguhan untuk bisa memperhatikan segala gerak-gerik dan perilaku hati ini. Jangan-jangan kita sudah tergelincir menjadi sombong tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah memusnahkan pahala amal-amal yang pernah dilakukan tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gemar berlaku zalim terhadap orang lain tanpa kita sadari. Apabila ini terjadi, maka apalagi kekayaan yang bisa menjadi bekal kepulangan kita ke akhirat nanti? Bukankah segala amal yang kita perbuat itu-adakah ia tergolong amal salih atau amal salah-justru tergantung pada kalbu ini? Kita pergi berjuang, berperang melawan keangkaramurkaan, berkuah peluh bersimbah darah. Tetapi, sepanjang bertempur hati menjadi riya, ingin dipuji dan disebut pahlawan;tidakkah disadari bahwa amalan seperti ini di sisi Allah kering nilainya, tidak ada harganya sama sekali? Menjadi mubaligh, berceramah menyampaikan ajaran Islam. Didengar oleh ratusan bahkan ribuan orang. Pergi jauh ke berbagai tempat, menghabiskan sekian banyak waktu dan menguras tenaga serta pikiran. Namun, sama sekali tidak akan ada harganya di sisi Allah kalau hati tidak ikhlas. Sekadar ingin dipuji dan dihormati, sehingga merasa diri paling mulia, atau bahkan lebih fatal lagi, karena motivasi sekadar untuk mendapat imbalan. Begitu pula ketika kita berangkat haji, memakan waktu berpuluh hari dan menempuh jarak beribu kilometer. Tubuh
pun terpanggang matahari yang membakar dan
berdesak-desakan dengan berjuta-juta manusia. Tetapi, kalau tidak disertai
niat karena Allah, sekadar ingin dipuji karena mendapat embel-embel titel
haji, maka na'udzubillah, semua ini sama sekali tidak berharga di sisi Allah.
Mengapa pekerjaan yang telah ditebus dengan pengorbanan sedemikian besar malah membuahkan kesia-siaan? Ternyata sebab-musababnnya berpangkal pada kelalaian dan ketidakmampuan mengendalikan suasana hati. Sebab, sekali seseorang beramal disertai riya, ujub, atau sum'ah (sekadar mencari popularitas) , maka tidak bisa tidak, pikirannya hanya akan disibukkan oleh persoalan tentang bagaimana caranya agar manusia datang memujinya. Begitu pujian itu tidak datang, sertamerta hati pun dilanda sengsara. Bila sudah begini, kapankah lagi dapat diperoleh ketentraman hidup, selain sebaliknya, hari-harinya akan senantiasa digelayuti perasaan resah, gelisah, kecewa, dan sengsara? Niat yang Ikhlas Oleh karena itu, sekiranya kita belum mampu melakukan amal-amal yang besar, tidakkah lebih baik memelihara amal-amal yang mungkin tampak kecil dan sepele dengan cara terus-menerus menyempurnakan dan memelihara niat agar senantiasa ikhlas dan benar? Inilah yang justru akan dapat membuahkan ketenangan batin, sehingga insya Allah akan membuahkan pula suasana kehidupan yang sejuk, lapang, indah dan mengesankan.
Mudah-mudahan dengan kesanggupan kita menyempurnakan dan memelihara keikhlasan niat di hati tatkala mengerjakan amal-amal yang kecil tersebut, suatu saat Allah Azza wa Jalla berkenan mengkaruniakan kesanggupan untuk mampu ikhlas manakala datang masanya kita harus mengerjakan amal-amal yang lebih besar. Besar atau kecil suatu amalan yang dikerjakan dalam hidup ini, sekiranya didasari hati yang ikhlas seraya diiringi niat dan cara yang benar, niscaya akan melahirkan sikap ihsan. Yakni, kita akan selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak-gerik, sehingga dalam setiap denyut nadi ini, kita akan selalu teringat kepada-Nya. Inilah suatu kondisi yang akan membuat hati selalu merasakan kesejukan dan ketentraman. "Alaa bi dzikrillaahii tathma 'inul qulub" (QS ar-Ra'd[13]: 28), demikian Allah telah memberikan jaminan. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram! Demi Allah tidak ada pilihan lain. Kita harus senantiasa mewaspadai hati ini. Jangan sampai diam-diam membinasakan diri justru tanpa kita sadari. Sudah pahala yang didapat sedikit, hati pun tak bisa terkendalikan, sehingga semakin rusaklah nilai amal-amal kita dari waktu ke waktu. Na'udzubillaah!
Dengan demikian, selain kita terbiasa mandi untuk membersihkan jasad lahir, kita pun harus memiliki kesibukan untuk "memandikan" hati ini. Selain kita makan untuk mengenyangkan perut, kita pun harus "menyantap" sesuatu yang dapat membuat hati ini terisi. Selain kita berdandan untuk merapikan penampilan, kita pun harus sibuk "bersolek" merapikan hati kita. Dan selain kita rajin becermin untuk memperelok wajah, kita pun jangan lupa untuk rajin-rajin pula "becermin" untuk memperelok hati. Semua ini tiada lain agar kita memiliki kemampuan untuk senatiasa menyelisik niat maupun perilaku buruk dan busuk yang, disadari ataupun tidak, mungkin pernah kita perbuat. Itu akan lebih menolong daripada kita sibuk mengintip-intip keburukan orang lain, yang berarti hanya menipu diri sendiri belaka dan sama sekali tidak akan mendatangkan ketenangan batin. Wallahu a'lam![] (Nawwira Kifliyah; Sumber : Buku Meredam Gelisah Hati, MQS. |
||||||||||||||||||
|
APAKAH SABAR ITU ?
Bismillaahirrohmanirrrohim
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur dunia seisinya. Sholawat serta Salam semoga tetap abadi tercurah keharibaan Nabi pilihan Nabi Muhammad SAW ,keluarga, shohabat dan pengikutnya.....Amien.
Kita biasa mendengar kata kata Sabar, yah... Sabar dalam Islam di bagi menjadi tiga bagian : Sabar menjauhi maksiat, sabar menjalankan perintah Allah dan terakhir sabar menerima cobaan / ujian dari Allah
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur dunia seisinya. Sholawat serta Salam semoga tetap abadi tercurah keharibaan Nabi pilihan Nabi Muhammad SAW ,keluarga, shohabat dan pengikutnya.....Amien.
Kita biasa mendengar kata kata Sabar, yah... Sabar dalam Islam di bagi menjadi tiga bagian : Sabar menjauhi maksiat, sabar menjalankan perintah Allah dan terakhir sabar menerima cobaan / ujian dari Allah
Nah yang anda kunjungi sekarang sekedar tulisan saya mengenai
sabar menghadapi ujian / cobaan hidup yang kian hari kita rasakan semakin
menghimpit, hingga banyak sekali mereka mereka yang kurang bisa bersabar
akhirnya mengambil jalan pintas. Tulisan ini masih jauh dari sempurna namun
mudah mudahan bermanfaat bagi yang kebetulan sedang dilanda ujian / cobaan dari
Allah , semoga kita semua bisa
bersabar
|
Ketahuilah
bahwa hidup adalah merupakan perpindahan dari satu cobaan ke cobaan
yang lain. Cobaan atau ujian tidak selalu
identik dengan kesusahan, sakit, bangkrut, kemelaratan dll yang tidak
menyenangkan hati, tapi cobaan bisa juga berupa kemudahan,
kesuksesan, harta berlimpah, jabatan yang tinggi.
Cobaan
/ Ujian bisa menjadi Musibah atau Nikmat tergantung
cara kita menyikapi (menerima) kesusahan atau kemudahan itu. Hakikat
musibah / bencana adalah segala sesuatu (baik kesusahan maupun
kemudahan) yang bisa menjauhkan kita dari Allah SWT , sedang hakikat Nikmat
adalah segala sesuatu (baik kesusahan maupun kemudahan) yang bisa mendekatkan
kita kepada Allah SWT.
Kalau
diuji oleh Allah SWT dengan kesusahan kita menjadi semakin jauh dari Allah
(menyikapi dengan minder, frustasi, atau berburuk sangka kepadaNya), maka kita
gagal menghadapi ujian itu, sehingga menjadi Musibah , Seperti
kata orang'' sudah jatuh tertimpa tangga''.
Sebaliknya jika di uji dengan kesusahan, kita semakin mendekat kepada Allah (menyikapi dengan tetap Khusnudlon kepadaNya, introspeksi diri, Taubat, memperbaiki diri), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga menjadi Nikmat dan Anugerah.
Sebaliknya jika di uji dengan kesusahan, kita semakin mendekat kepada Allah (menyikapi dengan tetap Khusnudlon kepadaNya, introspeksi diri, Taubat, memperbaiki diri), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga menjadi Nikmat dan Anugerah.
Begitu
juga , jika di uji dengan kemudahan ,kesuksesan, harta melimpah, jabatan yg
tinggi menjadikan kita semakin jauh dari Allah (menjadi ujub / membanggakan
diri, sombong, takabbur, pelit), maka kita gagal menghadapi ujian / cobaan itu
dan kesuksesan yang kita terima Hakikatnya adalah Musibah / atau bencana
bagi kita.
Akan tetapi jika di uji dengan semua kemudahan kita semakin (bersyukur, tawaddhu' ,suka menolong orang lain), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga segala yang telah kita terima menjadi Nikmat dan Anugerah.
Akan tetapi jika di uji dengan semua kemudahan kita semakin (bersyukur, tawaddhu' ,suka menolong orang lain), maka kita sukses menghadapi ujian itu, sehingga segala yang telah kita terima menjadi Nikmat dan Anugerah.
|
SABAR DALAM SETIAP MASALAH YANG KITA
HADAPI
Semoga
kita semua di karuniai nikmatnya bersabar, karena kesabaran mempunyai nilai
yang tinggi dalam kehidupan. Kedudukan seseorang di sisi Allah, kedekatan
seorang hamba dengan Tuhannya bisa di tempuh dengan kesabaran sebagaimana
tertulis di dalam Kitab SuciNya : " Sesungguhnya Allah bersama orang
orang yang sabar".
Jadikanlah
Sabar dan Sholat sebagai kunci pembuka pertolongan
Allah. Adalah suatu kesalahan besar jika kita mengatakan "Sabar
itu ada batasnya" ,berarti kita membatasi pahala. Mengatakan
Sabar ada batasnya , menandakan kita kurang sabar dalam
bersabar. Sabar akan membuahkan hasil yang gemilang walau awalnya
mungkin pahit dan getir. Sabar akan menghasilkan sesuatu yang
mempesona yang tiada terputus. Oleh karena itu jika kita ingin menikmati hidup,
kita harus menikmati setiap kejadian yang menimpa kita. Karena orang orang yang
beriman tidak akan pernah merugi. Di beri Nikmat dia bersyukur,
di beri Musibah dia bersabar. Syukur
berarti kebaikan bagi dirinya, sabar juga kebaikan bagi dirinya.
Maka tidak ada yang perlu kita takutkan dalam hidup ini, kecuali kita tidak
punya rasa syukur dan tidak bisa bersabar.
|
Sabar bagi kita bukan berarti
pasrah dan menyerah pada nasib, sabar adalah kegigihan kita untuk
tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah (ketetapan hati dalam menerima
ketentuan Allah , karena apapun yang menimpa kita adalah ketentuanNya). (Jadi
kesabaran itu adalah sebuah proses aktif , kolaborasi antara Ridlo (rela
menerima Takdir Allah) dan Ikhtiar (mencari solusi). Kesabaran bukan proses
diam dan pasif, melainkan proses aktif, yaitu akal aktif, tubuh aktif dan iman
yang aktif. Justru dari Musibah yang di sikapi dengan kesabaran
akan turun rahmat dan petunjuk dari Allah .
Di timpa musibah kebangkrutan, banyak hutang, di hina orang, di tinggal istri / suami / anak, dilawan anak buah, dibenci keluarga, di tekan atasan, sakit yang tak kunjung sembuh dll . Semua orang pernah mengalaminya, paling tidak beberapa jenis dari peristiwa itu,
Di timpa musibah kebangkrutan, banyak hutang, di hina orang, di tinggal istri / suami / anak, dilawan anak buah, dibenci keluarga, di tekan atasan, sakit yang tak kunjung sembuh dll . Semua orang pernah mengalaminya, paling tidak beberapa jenis dari peristiwa itu,
meskipun
sekali dua kali, tetapi bahkan orang yang tidak pernah kena masalah dan cobaan
mungkin saja dia tidak di sukai oleh Allah SWT, Seperti konon kata riwayat, Fir'aun
raja Mesir kuno tidak pernah sakit seumur hidupnya, bahkan kesandung batu saja
dia tidak pernah sampai sampai akhirnya Fira'un mengaku sebagai Tuhan
karena tidak pernah sakit , entah benar atau salah cerita itu yang jelas andai
itu benar kita semua tahu bagaimana sepak terjang Fir'aun dan bagaimana
pula akhir kehidupannya.
Hal itu bertolak belakang dengan riwayat para Nabi dan para ''Kekasih Allah'' yang sarat dengan penderitaan dan penindasan bahkan sampai pembunuhan, seperti kisah Nabi Ayyub yang sekujur tubuhnya dilanda penyakit, Nabi Zakariya dan Nabi Yahya, Nabi Jarjis yang di bunuh oleh kaumnya, bahkan kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan liku liku perjuangan dan penderitaan juga kisah para Ulama dan orang orang besar lainnya. Masalah dan cobaan adalah bagian dari penggugur dosa. Dalam mutiara hadits di sebutkan : " Tidaklah seseorang merasakan sakit di hina atau tertusuk duri kecuali Allah menggugurkan dosanya, bagai gugurnya dedaunan" ( aw kamaa qoola).
Hal itu bertolak belakang dengan riwayat para Nabi dan para ''Kekasih Allah'' yang sarat dengan penderitaan dan penindasan bahkan sampai pembunuhan, seperti kisah Nabi Ayyub yang sekujur tubuhnya dilanda penyakit, Nabi Zakariya dan Nabi Yahya, Nabi Jarjis yang di bunuh oleh kaumnya, bahkan kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan liku liku perjuangan dan penderitaan juga kisah para Ulama dan orang orang besar lainnya. Masalah dan cobaan adalah bagian dari penggugur dosa. Dalam mutiara hadits di sebutkan : " Tidaklah seseorang merasakan sakit di hina atau tertusuk duri kecuali Allah menggugurkan dosanya, bagai gugurnya dedaunan" ( aw kamaa qoola).
|
Jadi terkena masalah dan cobaan itu proses pengurangan
/pengguguran dosa. Logikanya semakin besar masalah yang di hadapi semakin besar
pula pahala yang di terima jika bisa bersabar dan semakin besar pula dosa dosa
yang tergugurkan.
BAGAIMANA SABAR MENGHADAPI MASALAH DAN COBAAN ?I. Sabar yang pertama , kalau kita suatu saat diuji dengan masalah , kita harus sadar bahwa kesabaran yang pertama yang harus di miliki adalah Khusnudhon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah.
Berbaik sangka kepadaNya karena tubuh kita adalah
milik Allah , bukan milik kita. Kalau Allah mau menimpakan masalah pada kita , sehebat
apapun diri kita tetap terkena. Allah berkuasa mutlak pada diri kita dan Allah
dengan mudahnya berbuat (berkehendak) apa saja. " Allah tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya".
Yang menciptakan semua syaraf kita adalah Allah, dan
Allah Tahu rasa sakit (penderitaan) mengalami semua masalah itu, justru Dia
yang menciptakan rasa sakit mengalami masalah beserta semua penderitaan yang
mungkin dialami manusia.
|
apa yang telah menimpa kita masih belum apa apa karena
Allah bisa saja menambahi penderitaan kita , masih banyak jenis penderitaan
yang ada dalam perbendaharaan kekuasaanNya kalau kita nggak mau bersabar , apa
kita nggak takut kalau Dia murka lalu menambahi atau tidak berkenan
menghilangkan penderitaan itu, kita bisa apa ?. apa yang telah menimpa kita
masih belum apa apa karena Allah bisa saja menambahi penderitaan kita , masih
banyak jenis penderitaan yang ada dalam perbendaharaan kekuasaanNya kalau kita
nggak mau bersabar , apa kita nggak takut kalau Dia murka lalu menambahi atau
tidak berkenan menghilangkan penderitaan itu, kita bisa apa ?.
II. Sabar
yang kedua adalah sabar untuk tidak mengeluh, Sebenarnya menceritakan
penderitaan kita kepada orang lain adalah mencerminkan upaya kita daam
menyelesaikan masalah
Tetapi
kita perlu menceritakan sesuatu seperti kenyataanya, tanpa menambah nambahi,
agar kita terhindar dari sikap mengeluh. Jangan keluh kesah apalagi sampai
mendramatisir lebih lebih memprotes perbuatan Allah yang Maha Adil. Segala
penderitaan tidak akan berakhir kalau hanya di ratapi. Sesuatu masalah tidak
akan membuat seseorang jadi hina kalau disikapi dengan akhlak mulia.
III. Sabar yang
ketiga adalah sabar menafakuri hikmah tiap masalah dan cobaan. Tidak
ada satupun perbuatan Allah yang sia sia, semua berjalan persis seperti
kehendakNya. Setiap masalah itu ada hikmahnya, maka evaluasi dan renungkanlah,
mungkin kita terlalu sibuk, melupakan keluarga, orang lain, melupakan Allah
sehingga kita di ingatkan dengan di beri suatu masalah atau cobaan.
Seharusnya kita evaluasi diri, introspeksi apa yang telah
kita lakukan, Apa ketika kita jaya, kita masih ingat pada mereka yang dhu'afa ?
Apakah selama ini kita mengingat Tuhan ? apa kita lalai berderma ? kalau sejak
kecil kita menderita, apakah usaha kita sudah maksimal ?. Kalau sudah ketemu
jawabannya, lalu kita akan berjuang dengan Ikhtiar untuk sukses atau sembuh
dari sakit.
|
IV. Sabar
yang keempat adalah bersabar ketika ikhtiar. Ingatlah bahwa yang membuat
kita sukses dan menyembuhkan dari sakit, atau mendapatkan apa yang kita
inginkan dan terhindar dari masalah itu hanya Allah semata. Karena Dia yang
Maha Tahu masalah atau penyakit kita . "Tiada musibah atau apapun jua yang
menimpa kecuali atas kehendaknya " .
Ketika kita sudah berusaha cari solusi atau berobat
kesana sini tapi tidak juga selesai masalah kita atau sembuh dari sakit, tidak
akan rugi sebab akan menjadi amal. Barang siapa ridho kepada ketentuan Allah, maka
Allah akan meridhoi, hidup terus, maju, ikhtiar terus, terus dan terus, jangan
takut dan menyerah, Tuhan akan meridhoi.
Usaha
dan jerih payah, serta pengorbanan kita adalah amal dan pahala yang tidak akan
pernah di lupakan Allah , sampai kapanpun , maka jangan mengeluh dalam berikhtiar.
Dokter, guru, teman, keluarga, spiritualis , hanyalah membantu saja sebagai
sarana mencapai sesuatu, Asal mula segala sesuatu tetap dari Yang Maha Kuasa.
V. Sabar yang kelima,
sabar untuk berniat sukses, bebas dan jaya serta sembuh dari sakit dan punya
niat untuk beribadah . Milikilah tekad yang kuat untuk mengisi kesuksesan ,
kejayaan, kebebasan, kesehatan, keperkasaan yang Allah karuniakan dengan
meningkatkan ibadah. Jangan sampai kita tidak punya rencana tentang bagaimana
menggunakan semua yang telah / akan Allah berikan.
Tidak
sedikit orang terangkat derajatnya karena dulunya mendapat masalah, tertimpa,
kemalangan yang teramat sangat, sakit atau cacat, bahkan ada orang yang
cemerlang justru karena telah banyak sekali kegagalan yang di alaminya, karena
seburuk buruk masalah, penyakit, penderitaan yang diberikan kepada kita,
sebenarnya telah di ukur oleh Allah bahwa kita mampu menerimanya. Tuhan tidak
akan memberikan sesuatu diluar kemampuan kita.
|
Oleh
karena itu, waspadalah jangan sampai kesuksesan, kejayaan, kebebasan,
kesehatan, keperkasaan, yang kita terima mengecoh kita untuk takabur, sombong,
menghina orang lain, maksiat, itu jauh lebih berbahaya di banding tetap
menderita atau kena masalah atau sakit tapi membuat kita dekat dengan Allah.
Tidak
ada musibah yang lebih buruk daripada jauh dari Allah, karena tidak bisa
bersyukur atau tidak punya kesabaran. Bahkan Allah sendiri menyatakan dalam
Hadis Qudsi yang artinya : " Barang siapa yang tidak bersabar atas
cobaanKu, tidak mensyukuri nikmatKu, dan tidak rela atas ketentuanKu, maka
carilah Tuhan selain Aku ".
Semoga
Ikhtiar kita senantiasa di ridloi oleh Allah SWT untuk selamanya, Amien.
|
Posting Komentar