ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI
Oleh: H. Pungut Supriady
Hadirin Sholat Jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya
meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada
saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga
almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu. Kemudian
Rosulullah berkata,"tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum
wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu
diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"
"Apa yang di katakannya?"
"saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar
rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dahsyatnya sakaratul maut.
Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang
terpotong-potong."
"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan
"Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata
semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung
dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak
sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"
Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak
keliru,"ujarnya.
Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid
untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta
itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang
membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas
penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata
"andaikan lebih panjang lagi".Maksudnya, andaikata jalan ke masjid
itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang
istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua
dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari
berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali,
di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir
mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang
dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki
tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat
terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun
menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya
dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah
yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?"
tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah
kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta
disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur
dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir
mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua
potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu
suamimu akan meninggal, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya
itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya,
musafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan
kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah
keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita
juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak
lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga
akan menimpa kita sendiri.
Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik,
sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Danjika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat
buruk atas dirimu pula."(surat
Al Isra':7)
Posting Komentar