MEMAKNAI
GERHANAMATAHARI
Oleh: Ust. Ramli, S.Ag, M.PdI
Kasi PSBI, Musabaqah Al-Qur'an dan Al-Hadist
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Marilah
bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt yang telah
menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya, menciptakan alam semesta
dalam keserasian dan keseimbangan. Mari kita perbarui kesaksian kita masing-masing
bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah
yang risalahnya membawa dan menjanjikan kebahagiaan bagi kita semua, dunia dan
hari kemudian. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau
Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan kepada
setiap orang yang mengikuti risalahnya.
Selanjutnya selaku khatib kami
berwasiat kepada diri kami pribadi dan kepada kita semua yang hadir disini,
marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar ketaqwaan, dalam
pengertian mengerjakan semua yang diperintahNya dan menjauhi semua yang
dilarangNya
Saudara-saudara
sekalian, pada pagi hari ini Rabu 29 Jumadilawal 1437 H bertepatan dengan
tanggal 9 Maret 2016 M kita semua tengah mengalami dan menyaksikan sebuah
peristiwa alam yang sangat menakjubkan, yang mungkin menimbulkan rasa
berdebar-debar dan bergetar dalam hati kita masing-masing.
Ketika terjadi gerhana ada
beberapa sikap yang perlu dilakukan, di antaranya adalah:
1.
Memiliki rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2.
Memikirkan siksaan Allah kepada orang-orang yang berbuat
maksiat.
Dalam hadits Aisyah
radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi Saw dalam khutbahnya seusai shalat
kusuf bersabda,
« مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ
إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ،
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ….”
“Tidak
ada satu pun yang belum pernah aku lihat kecuali sekarang aku melihatnya, di
tempatku ini, sampai surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian
akan diuji ketika di kubur… dst.” (HR. Bukhari)
Pada saat itu diperlihatkan kepada
Beliau surga dan neraka. Beliau juga diperlihatkan siksaan yang menimpa
penghuni neraka, dilihatnya seorang wanita yang disiksa karena mengurung seekor
kucing tanpa memberinya makan dan minum, dilihatnya ‘Amr bin Malik bin Luhay
menarik ususnya di neraka, dimana dia adalah orang pertama yang merubah agama
Nabi Ibrahim as, dia yang membawa berhala kepada orang-orang Arab sehingga
mereka menyembahnya.
Beliau juga bersabda:
وَاللهِ
لَوْ تَعْلَمُوْنَ أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
“Demi
Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan
sedikit tertawa dan banyak menangis.”
3. Melakukan shalat Gerhana.
4. Bersegera untuk berdzikir, berdoa,
beristighfar, bertakbir, melakukan berbagai amal saleh, melakukan shalat, dan
berlindung dari azab kubur dan azab neraka.
Rasulullah Saw bersabda,
فَإِذَا
رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا
“Apabila kalian melihat gerhana,
maka segeralah dzikrullah, bertakbir, shalat dan bersedekah.” (HR. Malik,
Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Peristiwa
seperti inilah yang dikenal dengan istilah gerhana. Gerhana yang kita alami
sekarang ini adalah gerhana matahari total karena seluruh bagian piringan
matahari tertutup oleh piringan bulan. Akibatnya, ada wilayah permukaan bumi
yang betul-betul gelap karena bayang-bayang inti bulan yang gelap menutupi
wilayah permukaan bumi tersebut. Di bagian wilayah permukaan bumi ini terjadi
apa yang kita sebut dengan gerhana matahari total. Sementara itu, pada bagian
permukaan bumi lainnya tidak mengalami keadaan demikian melainkan hanya
remang-remang. Di bagian wilayah permukaan bumi ini terjadi apa yang kita sebut
dengan gerhana matahari sebagian.
Di
benak kita muncul pertanyaan. Apa sesungguhnya yang terjadi di balik peristiwa
alam yang menakjubkan ini? Apakah peristiwa ini hanya sekali saja terjadi di
atas dunia ini atau justru terjadi berulang kali? Hikmah-hikmah apa saja yang
dapat kita petik dari peristiwa ini? Dahulu kala banyak orang telah keliru
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ada yang menyangka bahwa gerhana
terjadi karena matahari atau bulan ditelan oleh raksasa. Karena itu mereka
memukul-mukul kentongan, lesung, dan benda lain yang menimbulkan bunyi nyaring,
untuk menimbulkan bunyi-bunyi yang gaduh dengan tujuan agar raksasa yang
menelannya menjadi takut dan mau memuntahkan matahari atau bulan yang telah
ditelannya.
Kaum
muslimin yang berbahagia
pada masa Rasulullah saw masih hidup, juga
pernah mempunyai anggapan yang keliru tentang gerhana matahari yang terjadi
waktu itu. Atas kehendak Allah swt, pada saat itu bersamaan dengan wafatnya
Ibrahim putra Rasulullah saw terjadi pula gerhana matahari. Oleh sebab
itu, ada sebagian sahabat yang menyangka bahwa gerhana matahari yang terjadi
saat itu terjadi akibat wafatnya Ibrahim.
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah.
Seperti
telah kami bacakan di awal khutbah ini, malam dan siang adalah dua di antara
sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah swt yang bertebaran di alam semesta
ini. Untuk lebih memahami, marilah kita perhatikan bunyi ayat tersebut sekali
lagi dan sekaligus terjemahnya dalam bahasa Indonesia.
وَءَايَةٌ۬ لَّهُمُ ٱلَّيۡلُ نَسۡلَخُ مِنۡهُ
ٱلنَّہَارَ فَإِذَا هُم مُّظۡلِمُونَ (٣٧) وَٱلشَّمۡسُ تَجۡرِى لِمُسۡتَقَرٍّ۬
لَّهَاۚ ذَٲلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ (٣٨) وَٱلۡقَمَرَ قَدَّرۡنَـٰهُ
مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلۡعُرۡجُونِ ٱلۡقَدِيمِ (٣٩) لَا ٱلشَّمۡسُ يَنۢبَغِى
لَهَآ أَن تُدۡرِكَ ٱلۡقَمَرَ وَلَا ٱلَّيۡلُ سَابِقُ ٱلنَّہَارِۚ وَكُلٌّ۬ فِى
فَلَكٍ۬ يَسۡبَحُونَ (٤٠)
Ayat 37: Dan suatu tanda (kekuasaan
Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam
itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
Ayat
38: dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Ayat
39: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilahmanzilah, sehingga (setelah
dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua.
Ayat
40: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Qs.
Yasin: 37-40)
Dengan
demikian, siang dan malam, matahari dan bulan, adalah ciptaan-ciptaan Allah.
Semuanya diciptakan menurut aturan-aturan tertentu yang oleh para ahli ilmu
alam disebut dengan hukum alam, atau yang kita namakan dengan istilah
sunnatullah. Semuanya berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaan Allah dan
tidak ada seorangpun yang mampu mengubah atau mengganti sunnatullah tersebut.
Mari kita simak firman Allah swt berikut:
سُنَّةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى قَدۡ خَلَتۡ
مِن قَبۡلُۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلاً۬
Artinya:
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu. (QS Al-Fath/48:23).
Gerhana
matahari atau gerhana bulan adalah bukti adanya sunnatullah. Sunnatullah adalah
hukum Allah swt yang telah ditetapkanNya. Menghadapi hukum Allah swt ini
manusia tidak berdaya sama sekali untuk mengubahnya apalagi menentangnya.
Menyadari ketidakberdayaan dan kelemahan kita di hadapan kekuasaan Allah
swt inilah yang merupakan pangkal keselamatan dan kebahagiaan hidup kita karena
akan mendorong kita untuk berpasrah diri pada bimbingan dan
petunjuk Allah swt. Allah maha agung, maha kuasa, dan maha perkasa. Namun
demikian, Dia jualah yang maha bijaksana, maha kasih, maha cinta, dan maha
sayang kepada setiap makhlukNya yang berpasrah diri kepadaNya. Satu-satunya
cara pasrah diri kepada Allah swt adalah dengan mengikuti dan mengamalkan
petunjuk agama yang diridaiNya, yaitu Islam. Dengan istilah yang lebih populer,
adalah takwa; dan takwa inilah yang merupakan sebaik-baik perbekalan kita dalam
mengarungi kehidupan yang silih berganti antara pasang dan surut, naik dan
turun. Firman Allah swt:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ
ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Artinya: ... Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu wahai
orang-orang yang berakal. (Q.s. al Baqarah 2 : 197)
Sebagai
suatu peristiwa alam yang cukup menakjubkan dan mengejutkan, gerhana matahari
telah terjadi berulangkali. Bahkan siklus atau kapan waktu terjadinya sudah
dapat diprediksi, dihitung, jauh hari sebelumnya dengan menggunakan ilmu falak
atau astronomi. Para ahli juga telah menghitung jauh-jauh hari sebelumnya untuk
peristiwa gerhana matahari yang hari ini terjadi. Peristiwa gerhana yang telah
terjadi berulang kali ini, dan yang akan terjadi pula di kemudian hari adalah
merupakan bukti rahman dan rahimnya Allah swt kepada kita.
Melalui peristiwa-peristiwa semacam
ini, Allah memperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kekuasaanNya
kepada kita, agar kita masing-masing menjadi ingat dan sadar terhadap
“kemanusiaan” kita, menjadi insaf terhadap “kemakhlukan” kita, dan menjadi
lebih ingat terhadap “kehambaan” kita. Karena kita ini semuanya adalah manusia,
kita semua adalah makhluk, dan kita semua adalah hamba Allah swt yang lemah dan
tidak berdaya di hadapan hukum Allah swt. Sudah seharusnya kita menjauhkan
sifat-sifat buruk terhadap sesama, seperti angkuh, sombong, sewenang-wenang, dan
sejenisnya maupun sifat-sifat tak terpuji terhadap Allah swt seperti suka
berbuat dosa, melakukan perbuatan maksiat dan tercela, atau lalai mentaatiNya.
Sebaliknya,
sudah semestinya kita menghiasi diri kita masing-masing dengan sifat-sifat yang
terpuji, baik terhadap sesama makhluk dan terutama terhadap Allah swt sebagai
Khalik (Pencipta). Terhadap sesama makhluk; kita ciptakan, kita pelihara, dan
kita tingkatkan suasana ukhuwah (persaudaraan), suasana ta’awun
(gotong-royong), saling membantu dan tolong-menolong dalam kebaikan, dan saling
memelihara diri dari berbuat kerusakan, baik terhadap sesama manusia maupun
terhadap lingkungan alam sekitar kita. Semua yang telah kita sebutkan itu
adalah merupakan perintah-perintah agama yang harus kita kerjakan demi kebaikan
hidup kita bersama.
Kaum
muslim yang berbahagia
Terhadap
Allah swt, Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam seisinya; kita perbarui,
kita tingkatkan, dan kita pelihara keimanan kita masing-masing terhadapNya.
Kita sucikan iman kita masing-masing dengan membuang jauh-jauh kepercayaan atau
tahayul-tahayul yang bukan-bukan, seperti matahari ditelan raksasa, gerhana
terjadi karena mati atau lahirnya seseorang, dan lain sebagainya yang tidak
sesuai dengan akal dan petunjuk agama. Marilah kita hayati betul-betul syahadat
atau kesaksian kita bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah
utusan Allah. Hanya kepada Allah saja kita menyembah dan hanya kepadaNya kita
bersujud; tidak kepada matahari, bulan, bintang, atau makhluk apapun juga; dan
kita ikuti risalah Rasulullah saw dengan sekuat-kuatnya.
Insya
Allah, dengan berbuat baik kepada sesama dan terhadap Allah, kita semua akan
menemukan kehidupan yang baik, kehidupan yang menjadi cita-cita kita semua,
yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Dalam menempuh usaha demikian,
jangan lupa senantiasa berdoa kepada Allah, karena doa adalah media komunikasi
utama hubungan antara makhluk dengan Khaliknya. Melupakan doa berarti melupakan
kemanusiaan, kemakhlukan, dan kehambaan kita yang sebenarnya.
Akhirnya, sebagai penutup khutbah ini, marilah bersama-sama kita
panjatkan doa ke hadirat Allah swt dengan ikhlas dan sepenuh perasaan hati.
Mudah-mudahan dengan kebersamaan kita dalam berdoa ini Allah akan
mengabulkannya
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من
ألآية والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم إنه هو السميع البصير
Posting Komentar