Khutbah Jum'at Konsep Islam dalam Hidup Bermasyarakat

KONSEP ISLAM DALAM HIDUP BERMASYARAKAT

Oleh ;

Drs. H. MOHD. DAMIRI
( Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Batang Hari )
الحمد لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خاتم الأنبياء والمرسلين، وعلي آله الطيبين، وأصحابه الأخيار أجمعين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . قَالَ الله تَعَالَى في القرآن العظيم: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah

Islam sebagai agama rahamatan lil ‘alamin telah mengajarkan kepada umat manusia di dalam menghadapi dan melaksanakan kehidupan masyarakat yang beraneka ragam, seperti yang dihadapi umat manusia pada era industrialisasi, era global dan era informasi.
Dalam menyikapi kondisi tersebut, Al Quran mengajak kepada seluruh penganut-penganut agama lain dan penganut Islam sendiri untuk mencari titik temu (kalimatun sawa)  diluar aspek teologis yang memang sudahada sejak semula.


“Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Q.S. Ali ‘Imran: 64)




Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah

Pencarian titik temu lewat perjumpaan dan dialog yang konstruktif berkesinambungan merupakan tugas kemanusiaan yang perenial, abadi tanpa henti-hentinya. Pencarian titik temu antar umat beragama dapat dimungkinkan lewat berbagai cara, salah satunya lewat pintu masuk etika, karena lewat pintu gerbang etika manusia beragama secara universal menemui tantangan-tantangan kemanusiaan yang sama. Lewat pintu etika ini, manusia beragama mempunyai puncak-puncak keprihatinan yang sama.
Dalam perspektif Islam, konsep dalam hidup bermasyarakat  khususnya yang menyangkut hubungan antarumat beragama, bersifat sangat terbuka dan dialogis. Panggilan untuk mencari titik temu (kalimatun sawa’) antar berbagai penganut ahli kitab adalah tipikal model panggilan Al Quran. Panggilan untuk mencari titik temu yang kreatif sudah barang tentu sangat tergantung pada situasi dan kondisi sejarah yang melingkarinya. Atmosfir sosio-kultural yang mengitari keberadaan manusia muslim dalam wilayah dan era tertentu juga berbeda dari wilayah atmosfir sosio-kultural yang mengitari keberadaan manusia muslim dalam wilayah dan era yang lain.

Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah

Berkaitan dengan etika yang ditawarkan Islam dalam kehidupan yang plural, maka ada empat hal yang  perlu dipahami oleh umat Islam. Pertama, sebagai agama tauhid, Islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan. Kedua, sebagai agama tauhid, Islam mengajarkan kesatuan kemanusiaan. Ketiga, kesatuan petunjuk juga ditekankan oleh Islam sebagai agama tauhid. Keempat, sebagai konsekuensi logis dari ketiga hal tersebut, maka bagi umat manusia hanya ada satu tujuan atau makna hidup.
Untuk mewujudkan keempat kesatuan fundamental tersebut, maka seseorang muslim harus berpegang teguh pada ajaran agamanya dengan jalan menaati peraturan-peraturan Tuhan dan menunjukkan kasih sayang kepada segenap makhluk.
Kesadaran akan tanggung jawab bersama terhadap kesejahteraan manusia, seorang muslim tidak boleh meremehkan agama lain dan tidak mungkin membenci umat manusia lain. Hal ini jelas tampak dari pandangan Al Quran sendiri yang mendasarkan bahwa manusia muslim harus memiliki toleransi terhadap eksistensi agama lain dengan melarang adanya paksaan bahkan tidak ada lagi pembencian dalam agama.

Dalam hal toleransi, Nabi Muhammad pernah memberi suri tauladan yang sangat inspiratif dihadapan para pengikutnya.
Sejarah mencatat, Nabi pernah dikucilkan dan bahkan diusir dari tanah tumpah darahnya (Mekkah).Beliau terpaksa hijrah ke Madinah untuk beberapa lama dan kemudian kembali lagi ke Mekkah. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah Fathu Mekkah. Dalam peristiwa yang penuh kemenangan ini, Nabi tidak mengambil langkah balas dendam kepada siapapun juga yang telah mengusirnya dahulu dari tanah kelahiran. “antum tulaqa” (kamu sekalian bebas), begitu ucapan Nabi kepada mereka.

Hadirin Jemaah Jumat yang berbahagia

Menghadapi realitas faktual yang berkembang dewasa ini, umat Islam dituntut untuk senantiasa merendahkan hati dan bersedia berdialog dengan kebenaran (logika) (al haqq) dan kesabaran/ketabahan (ash-shabr) di setiap langkah dalam perjalanan hidupnya. Dialog-dialog yang dikembangkan oleh umat Islam tidak cukup dengan mengandalkan logika rasional belaka, tetapi diperlukan adanya logika psikis, dimana sikap prasangka dan merendahkan orang lain perlu dihindari. Allah SWT mengingatkan dalam salah satu firmannya:
 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al Hujurat: 11)
Disamping itu, umat Islam dituntut untuk memiliki tanggung jawab pribadi. Islam mengajarkan dengan kuat sekali tanggung jawab pribadi di hadapan pengadilan Tuhan di kemudian hari.

Ma’asyiralmuslimin Rahimakumullah

Bersamaan dengan tekanan agama pada tanggung jawab pribadi di hadapan Allah ialah penegasannya akan persamaan manusia tanpa memandang ras warna maupun jenis. Dihubungkan dengan tekanan bahwa Allah lah yang mutlak, sedangkan segala sesuatu selain-Nya, termasuk manusia dan hal-hak kemanusiaan adalah relatif, maka paham persamaan manusia itu menghendaki tidak terjadinya sikap-sikap otoriter seseorang dalam kehidupan sosial Tidak seorang pun dibenarkan memutlakkan diri dan penemuannya akan suatu kebenaran, seolah-olah berlaku sekali untuk selamanya. Karena, hal itu akan berakhir dengan tidak menyaingi Allah. Sebaliknya, masalah-masalah antarmanusia harus diselesaikan bersama, melalui proses take and give mendengar dan mengemukakan pendapat yaitu proses musyawarah, konsultasi dan bukannya pendiktean.
Demikianlah khutbah yang dapat disampaikan, kiranya diharapkan mampu menjadi sebuah renungan dalam pemikiran dan sikap yang mesti dilakukan oleh umat Islam, mudah-mudahan kita semua dapat mengatasi problematika yang kita hadapi dalam kehidupan bermasyarakat yang pluralistik ini. Amin yarabbal ‘alamin.. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.








Khutbah Kedua
الحمد لله الملك الوهاب، الجبارالتواب، الذي جعل الصلات مفتاحا لكل باب، فالصلاة والسلام علي من نظر الي جماله تعالي بلا سطر ولا حجاب وعلي جميع الآل والأصحاب وكل وارث لهم الي يوم المآب. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أما بعد.
أيها الحاضرون رحمكم الله... قَالَ الله تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ). إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَفَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
 وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ


Share this post :

Posting Komentar

Berita Lainnya

Kutipan


"Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk (Imam An Nawawi)"



Get this widget!
 
Support : Creating Website | Doni Ari Efendi,S.Pd.I
Copyright © 2015. Bidang Penais, Zakat dan Wakaf

Proudly powered by Blogger