Khutbah Jum'at Sebab-sebab Do'a di Ijabah Allah Swt

SEBAB-SEBAB DO'A DI IJABAH ALLAH SWT
oleh
H. SUKARDI, S.Ag
(Ka.Kankemenag Kota Sungai Penuh)


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَحْنُ لَهُ تَابِعُوْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، صَلِّ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛  قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Sidang shalat Jum’at yang terhormat,

Marilah segala puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT, karena atas curahan nikmat iman dan Islam kepada kita, sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas kita dengan baik. Tidak lupa sholawat beriring salam marilah kita sampaikan kehadirat junjungan Nabi besar Muhammad SAW seorang Rasul yang telah diutus Allah sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Khatib mengajak kepada kita semua untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Pada mimbar kali ini, khatib memberi tema khutbah, yaitu sebab-sebab doa tidak di ijabah Allah SWT.

Kaum muslimin sidang Jum’at Rahimakumullah,
Mungkin telah banyak usaha dan cara untuk berdoa telah kita lakukan, tetapi tetap saja usaha yang kita minta dalam berdoa itu tidak berhasil. Anehnya, tiba-tiba kita bisa mendadak khusyu'. Ketika kita tertimpa musibah yang hebat, tiba-tiba saja kita bisa shalat dengan khusyu' lalu berdoa sambil mengucurkan air mata. Padahal ketika itu, kita justru lupa dengan segala macam teori mengenai doa yang di ijabah Allah. Kita shalat tanpa berkonsentrasi, kita juga lupa memperhatikan titik ditempat sujud, tapi hati dan pikiran kita tidak pernah lepas mengarah ke Allah. Kita tetap belum sepenuhnya memahami arti bacaan dalam bahasa Arab, tapi kita merasa bisa berdialog dengan Allah. Kita lupa untuk menghadirkan Allah dalam gerak langkah kehidupan, tapi malah terasa Allah begitu dekat. Ketika itu, dosa kita tidak lebih sedikit dari sebelumnya, malah mungkin kita baru saja melakukan perbuatan dosa besar sehingga kita sangat menyesal, tapi terasa Allah menyambut shalat dan doa kita. Saat ketika kita tidak menggunakan ilmu khusyu’, saat itu justru kita bisa berdoa dengan khusyu'. Keadaan ini bisa terjadi kepada siapa saja, dari mahzab dan aliran apa saja, kepada ulama, orang yang awam ilmu agamanya, cendikiawan, orang yang kurang berpendidikan, orang kaya, orang miskin, bahkan kadang kepada orang yang jarang shalat sekali pun.
Apa gerangan yang membuat itu bisa terjadi?
Salah satunya adalah sikap dalam berharap dan menghadap kepada Allah. Ketika kita tertimpa musibah, maka kita datang kepada Allah dengan merendahkan diri, sungguh-sungguh mengharapkan pertolongan Allah. Kita menjadi tersadar, hanya Allah-lah yang dapat mengatasi masalah kita dan mengabulkan doa kita. Sebaliknya ketika kita sedang jaya, tidak kekurangan suatu apapun, sikap itu sudah tidak ada lagi. Biasanya kita shalat dan doa hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban saja. Seolah-olah Allah-lah yang membutuhkan shalat dan doa kita.
Musibah diturunkan tidak lain agar kita selalu datang dengan merendahkan diri kepada Allah. Sikap yang akan membuat kita khusyu'. Sayang kita selalu lalai terhadap pelajaran yang Allah berikan kepada kita itu, meskipun Allah telah memberikannya berkali-kali. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
 
Artinya:
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu. Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka". (QS: az-Zumar/39 : 8)

Pada bagian lain, Allah SWT juga mengingatkan kita dalam firman-Nya:

Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS: al-An’aam/6 : 42)

Sidang Jum’at yang terhormat,

Shalat secara bahasa berarti doa. Doa pada hakikatnya merupakan bentuk dialog antara manusia dengan Allah SWT. Ketika seseorang shalat, hakekatnya ia sedang bertemu dan berdialog dengan Allah SWT untuk memohon kemaslahatan hidup di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, secara hakiki fungsi shalat dan mi’raj sama, yaitu bertemu dan berdialog dengan Allah SWT.  Ketika kita bertakbir dan memuji Allah, sesungguhnya Allah menjawab pujian itu.
Ketika itu, sesungguhnya kita sedang berdoa memohon pertolongan dan perlindungan Allah. Pertolongan dan perlindungan Allah teramat penting bagi kita, tetapi kita sering lupa perilaku kita sering membuat Allah murka. Dari setiap apa yang kita minta, sesungguhnya Allah memberikan jawaban atas permohonan atau doa kita tersebut sebagaimana firman-Nya :
     
Artinya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS: al-Baqarah/2 : 186)

Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina". (QS: al-Mu’min/40 : 60)

Sidang Jum’at yang berbahagia,

Yang menjadi permasalahan dan pertanyaan adalah apakah kita pernah merasakan jawaban atau respon Allah tersebut? Hampir kita tidak pernah merasakannya, sehingga kadang muncul sangkaan bahwa Allah tidak mendengar doa kita, bahkan mungkin merasa doa kita tidak sampai kepada Allah. Ada juga yang berpendapat bahwa hanya doa orang-orang yang suci hatinya, setingkat nabi atau minimal wali yang didengar oleh Allah. Padahal kita semua tahu bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Pengabul Doa, tapi seberapakah percayanya kita itu?
Sebenarnya kalau kita perhatikan, permasalahannya bukan kepada apakah Allah menjawab doa ataupun menyambut dialog kita ketika sedang shalat, tetapi lebih kepada sikap kita dalam berkomunikasi. Dalam sebuah dialog, maka akan terjadi komunikasi timbal-balik. Ketika si A berkata, seyogyanya si B mendengarkan. Setelah selesai, maka si B akan menjawab atau memberikan tanggapan dan si A ganti yang mendengarkan dengan seksama jawaban si B. Jika satu pihak hanya asyik berbicara sendiri tanpa mempedulikan lawan bicaranya, maka akan terjadi dialog yang timpang. Pihak yang asyik berbicara sendiri tidak akan mendapat jawaban pertanyaannya, solusi atas permasalahan yang diutarakan ataupun respek dari lawan bicaranya.
Hal ini seringkali terjadi dalam shalat dan doa kita. Ketika kita shalat atau berdoa, kita asyik membaca bacaan shalat atau bacaan doa yang telah kita hafal. Sering kali bacaan shalat atau doa dilafadzkan dengan cepat tanpa kita sadari maknanya. Seolah-olah bacaan shalat yang terdiri dari pujian dan permohonan itu adalah mantra atau aba-aba saja.
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Coba kita perhatikan ilustrasi berikut ini:
Ketika kita berdoa saat duduk diantara dua sujud, kita mengucapkannya dengan cepat:
Rabbighfirlii, warhamnii, wajburni, warfa’ni, warzuqnii, wahdinii, wa’afinii, wa’fuani.

Delapan permohonan kita sampaikan tanpa jeda. Lalu tanpa basa-basi kita langsung sujud. Seolah-olah kita tidak butuh dengan apa yang kita mohonkan. Andaikan bacaan itu kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia, lalu kita sampaikan permintaan yang kira-kita sama bentuknya kepada Presiden RI, tentu akan lain ceritanya. Contohnya:
Pak Presiden, ampuni kesalahan saya …. (sambil melihat ekspresi wajahnya dengan harap-harap cemas, mudah-mudahan beliau tidak marah dan tersenyum).
Sayangi rakyatmu ini … (sambil membungkuk mengharapkan Presiden membelai kepala dan pundak kita).
Mohon jangan diumumkan ke khalayak ramai keburukan saya … (sambil kita memasang muka yang memelas).
Mohon Paduka Presiden naikkan pangkat dan jabatan saya … (sambil kita menggenggam erat tangan Presiden)
Mohon Paduka juga menaikkan gaji saya agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga dan ada sedikit sisa untuk simpanan …. (ekspresi muka dibuat semakin memelas).
Mohon petunjuk Pak Presiden untuk menyelesaikan urusan kami … (sambil tersenyum simpatik berusaha meyakinkan).
Mohon bantuan obat-obatan dan biaya rumah sakit agar kami dapat mengobati penyakit-penyakit kami … (sambil menujukkan bagian tubuh kita yang sakit dan bekas luka).
Maafkan kami Paduka … (lalu beringsut mengundurkan diri dengan penuh sopan santun lalu).

Coba bandingkan dengan sikap kita ketika berdoa. Betapa seringkali kita menyepelekan Allah. Mentang-mentang Allah tidak kelihatan, kita suka bersikap seenaknya. Dalam kondisi ini pun sebenarnya Allah selalu merespon pujian dan permohonan kita, karena Allah Maha Dekat, Maha Pemaaf, Maha Tahu, Maha Cepat dan selalu menepati janji Nya.
Sebenarnya dengan sikap yang tidak patut itu, kita sendiri yang rugi. Kita tidak mampu lagi menangkap jawaban Allah atas doa kita, karena kita terlalu sibuk dan terburu-buru ketika menyampaikan permintaan. Lalu setelah menyampaikannya, kita langsung saja meninggalkan Allah. Kita tidak peduli ketika Allah memberikan jawaban-Nya. Kita banyak meminta, tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menerima apa yang kita minta.
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Bagaimana cara kita berdoa dijelaskan secara singkat di dalam Al Qur’an. 
   
Artinya:
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS: al-A’raaf/7 : 55-56)

Dalam berdoa kita harus merendahkan hati dan santun dalam menyampaikannya. Kita perlu menyadari bahwa hanya Allah-lah yang bisa mengabulkan doa kita. Jangan berfikir jawaban Allah akan berupa kata-kata seperti halnya kita berbicara dengan sesama manusia. Jawaban Allah bukanlah berupa kata, suara ataupun tulisan. Misalnya kita mengalami kesulitan keuangan. Jika kita memohon rejeki kepada Allah, tidak serta-merta lalu ada sejumlah uang disebelah kita atau ada orang yang datang memberikan sejumlah uang atau muncul gambaran yang menyatakan dimana ada harta karun. Yang umum terjadi adalah beban di dada dan kekalutan di pikiran yang timbul akibat kesulitan keuangan tersebut diangkat terlebih dulu oleh Allah. Sesaat setelah selesai kita berdoa, kita tetap tidak punya uang, tetapi hati kita terasa lapang. Beban masalah seolah-olah hilang begitu saja. Dengan pikiran yang jernih, ilham akan lebih mudah diterima. Hati yang lapang membuat wajah bersinar, menyenangkan orang yang memandangkan. Selanjutnya secara bertahap dan pasti, rejeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka. “tangan-tangan” Allah bergerak sedemikian halus sehingga ketika masalah tersebut telah dapat diatasi, kita sering lupa bahwa kita pernah berdoa kepada Allah untuk itu.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Dari uraian di atas dapat kita ketahui sebab-sebab doa tidak di ijabah Allah. Sebab-sebab itu diantaranya adalah:
1.             Shalat dan doa yang kita munajatkan tidak atau kurang khusyu’.
2.             Permohonan doa dilakukan kurang memperhatikan prinsip lemah lembut dan sopan santun terhadap Allah.
3.             Berdoa sering kita anggap sebagai pelepas kewajiban, atau sekedar hafalan, bacaan biasa yang tidak lebih seperti mantra-mantra.
4.             Berdoa dalam waktu sempit saja, ketika kita lapang, doa yang pernah kita ucapkan sering kita lupakan.
5.             Perilaku kita yang kurang mencerminkan ketaatan kepada Allah.
6.             Perkataan kita yang sering angkuh, sombong dan seakan-akan kita bisa mengatasi semuanya tanpa pertolongan Allah.
7.             Sikap dermawan terhadap sesama yang kurang seperti tidak mau berzakat, bersedekah, infaq dan berdarma di jalan Allah.
8.             Suka berbuat maksiat yang membuat Allah murka terhadap kita.
9.             Kurang bertanggungjawab terhadap amanah yang di bebankan kepada kita.
10.         Sering ingkar janji, khianat dan suka memfitnah serta suka berburuk sangka.
11.         Aplikasi shalat dalam kehidupan sering kita sepelekan atau kita anggap enteng seperti kita butuh Allah dalam shalat saja, padahal kehadiran Allah kita perlukan dalam semua aktivitas kehidupan kita.
12.         Tidak melestarikan silaturrahmi dan ukhwah terhadap sesama.

Sidang Jum’at yang berbahagia,
Sebagai penutup khutbah kita, marilah kita renung kembali kegiatan amaliyah kita sehari-hari, dengan berupaya bagaimana mengaktualisasikan doa-doa yang telah kita mohonkan kepada Allah SWT. Inilah yang menjadi salah satu agenda penting bagi kita dalam meningkatkan nilai ibadah yang langgeng, tidak hanya pada saat shalat, namun hendaknya berkelanjutan hingga dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga khutbah ini bermanfaat bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.
 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ،  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْموُاالصَّلآة !
Share this post :

Posting Komentar

Berita Lainnya

Kutipan


"Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk (Imam An Nawawi)"



Get this widget!
 
Support : Creating Website | Doni Ari Efendi,S.Pd.I
Copyright © 2015. Bidang Penais, Zakat dan Wakaf

Proudly powered by Blogger