Peringatan Tahun Baru Hijriyah
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ketentuan atas seluruh makhluk-Nya.
Dialah satu-satunya yang menguasai serta mengatur seluruh alam. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya,
para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Marilah kita senantiasa bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala kapan dan di manapun kita berada. Karena dengan bertakwalah
seseorang akan mendapatkan pertolongan-Nya untuk bisa menghadapi berbagai
problema dan kesulitan yang menghadangnya. Begitu pula, marilah kita senantiasa
merenungkan betapa cepatnya waktu berjalan serta mengambil pelajaran dari
kejadian-kejadian yang kita saksikan.
Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,Bulan demi bulan telah berlalu dan tanpa terasa kita telah berada di pengujung tahun hijriyah. Tidak lama lagi tahun yang lama akan berlalu dan akan datang tahun yang baru. Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya waktu hidup kita di dunia dan mengingatkan semakin dekatnya ajal kita. Maka sungguh aneh ketika didapatkan ada sebagian orang yang justru bersenang-senang dengan berfoya-foya dalam menyambut tahun baru. Seakan-akan dia tidak ingat bahwa dengan bertambahnya hari, maka bertambah dekat pula saat kematiannya.
Di sisi lain, perayaan tahun baru
tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Bahkan hal itu justru
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang orang kafir. Karena mereka
sebagaimana disebutkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala adalah orang-orang yang tertipu dengan kehidupan dunia
sehingga yang mereka bangga-banggakan adalah kemewahan dunianya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menyebutkan tentang mereka di dalam firman-Nya,
Artinya: “Dan mereka (orang-orang
kafir) berbangga-bangga dengan kehidupan dunianya, padahal tidaklah kehidupan
dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, kecuali hanyalah kesenangan
(yang sedikit).”
(Q.s. Ar-Ra’d: 26)
Ayat-ayat yang semisal ini banyak
disebutkan dalam Alquran. Mengingatkan kita untuk tidak mengikuti akhlak
orang-orang kafir yang membangga-banggakan dunia. Yang demikian ini karena
sifat membangga-banggakan dunia akan menyeret pelakunya pada kesombongan dan
melalaikannya dari mengingat kematian dan beramal untuk akhiratnya. Oleh karena
itu wajib bagi kaum muslimin untuk meninggalkan kebiasaan mereka dalam
merayakan tahun baru hijriyah, karena acara tersebut bukan termasuk ajaran
Islam. Bahkan merupakan kebiasaan orang-orang kafir.
Saudara-saudaraku
yang dirahmati Allah Subhanahu
wa Ta’ala,
Adapun yang semestinya dilakukan
oleh seorang muslim terlebih di akhir tahun ini adalah berupaya untuk melakukan
interopeksi diri. Selanjutnya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
seluruh kesalahan yang telah dilakukannya serta memohon ampun atas
kekurangannya dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Di samping itu juga
memohon pertolongan kepada-Nya untuk bisa istiqamah dan senantiasa
bertambah ilmu dan amal shalihnya. Begitu pula berusaha agar hari yang akan
datang senantiasa lebih baik dari yang sebelumnya, sehingga hidupnya lebih baik
dari kematiannya.
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa waktu adalah
sesuatu yang sangat berharga bagi seorang muslim. Bahkan lebih berharga dari
harta dunia yang dimilikinya. Karena harta apabila hilang maka masih bisa untuk
dicari. Sementara waktu apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi.
Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang
telah dicatat oleh malaikat. Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak
memanfaatkan waktunya apalagi jika dipenuhi dengan kemaksiatan kepada Rabb-nya. Meskipun
kehidupannya serba tercukupi dan serba ada, namun apalah artinya kalau
seandainya berakhir dengan menerima siksaan api neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
“Maka
tentunya engkau tahu, jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup
bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada
mereka niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.”
(Q.s. Asy-Syu’ara: 205-207)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan tahun yang akan datang dan tahun-tahun berikutnya menjadi tahun yang
penuh dengan keamanan dan kesejahteraan. Mudah-mudahan kaum muslimin baik
masyarakatnya maupun para pemimpin bangsanya dimudahkan untuk semakin memahami
Al-quran dan As-Sunnah dengan
pemahaman para sahabat dan para ulama yang mengikuti jalannya serta dalam
mengamalkan keduanya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa kemuliaan itu akan
diraih manakala kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam mengikuti agamanya.
Namun ketika kaum muslimin lebih suka untuk mengikuti apa-apa yang bukan dari
ajaran agamanya maka kehinaanlah yang akan menimpanya. Oleh karena itulah sejak
masa pemerintahan Amiril Mukminin ‘Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu
ditetapkan penanggalan yang diberlakukan untuk urusan kaum muslimin. Beliau
menetapkan peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai permulaan penanggalan Islam dan
menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang pertama dalam penanggalan tersebut
setelah bermusyawarah dengan para sahabat yang masih hidup di masanya.
Sejak saat itu hingga masa-masa
berikutnya, para salafush
shalih menjadikannya sebagai penanggalan dalam seluruh urusannya
dan meninggalkan untuk menggunakan penanggalan-penanggalan orang-orang kafir
yang ada pada waktu itu. Oleh karena itu, sudah seharusnya pula bagi kita untuk
mengikuti mereka dalam menggunakan penanggalan tersebut. Cukuplah bagi kita
untuk mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam menetapkan jumlah hari dalam setiap
bulannya. Begitu pula sudah mencukupi bagi kita untuk mengikuti apa yang telah
ditetapkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam menetapkan jumlah bulan dalam satu tahun dan
mengikuti istilah yang ditetapkan dalam menggunakan nama bulan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada
sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram, itulah (ketetapan)
agama yang lurus…..” (Q.s. At-Taubah: 36)
Empat bulan haram yang disebutkan
dalam ayat tersebut ada tiga bulan yang berurutan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
dan Muharram, serta ada satu bulan yang bersendirian yaitu bulan Rajab yang
berada di antara Jumadi Ats-Tsani dan Sya’ban.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu marilah kita
berusaha untuk menjadikan kalender Islam sebagai alat untuk memperhitungkan kegiatan-kegiatan
kita. Janganlah kita bermudah-mudah dalam masalah ini dan janganlah kita
menyangka bahwa permasalahan ini adalah permasalahan yang semata-mata berkaitan
dengan kebiasaan. Ingatlah bahwa di balik penggunaan penanggalan Islam ada
usaha menampakkan syiar-syiar Islam.
Posting Komentar