Khutbah Idul Adha

Korelasi Haji dan Kehidupan Sosial
Oleh: M.Ridwan Jalil. SAg. M .Pd.I
الله اكبر(  x9 (الله أكبر كبيرا والْحَمْدَ لله كثيرا وسبحان الله بكرة  وأصيلا لااله الا الله   هوالله اكبر الله اكبر ولله الحمد  
الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ جَعَلَ هَذَاالْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُسْلِمِيْنِ. وَجَعَلَ عِبَادَةَ الْحَجِّ وَعِيْدُ اْلاَضْحَ مِنْ شَعَائِرِاللَّهِ وَاِحْيَائِهَامِنْ تَقْوَى  الْقُلُوْبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال الله تعال:   إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd
Kaum Muslimin  Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Tatkala mentari mulai menampakkan wajahnya yang merona di ufuk timur, semerbak wangi bunga ditaman, jatuh lembutnya embun di dedaunan, kicauan burung nan merdu, seakan melengkapi keindahan alunan gema takbir dan tahmid yang dikumandangkan kaum muslimin muslimat di masjid musholla, mulai dari kota sampai ke pelosok desa, sebagai pernyataan dan pengakuan atas kemaha agungan Allah SWT, tidak ada yang pantas ditakuti, tidak ada yang pantas disembah, kecuali Allah SWT
Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Di isisi lain saat ini umat Islam dari seluruh penjuru dunia tengah melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji di Tanah Suci. Menurut berita  Jumlah jamaah calon Haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci Mekkah pada tahun ini total keseluruhan berjumlah 157.115 orang. Luar biasa semangat kaum muslimin indonesia, wabil khusus masyarakat provinsi jambi saat ini, tidak sedikit daftar tunggu yang ingin berangkat ketanah suci, artinya tidak sedikit orang yang ingin sadar, mereka ingin medekatkan diri pada Allah, dengan harapan pulang dari haji menjadi haji mabrur, menjadi orang sholeh, karena memang  ibadah haji, selain sebagai media mendekatkan manusia dengan Tuhannya, juga sebagai media untuk membentuk manusia yang memiliki karakter yang peka terhadap sosial.
Setiap musim haji ada ribuan orang menjadi pak haji dan bu hajjah pulang ketanah air, tentunya dengan membawa perubahan positif sehingga tetangga pak haji dan bu hajjah yang miskin dan melarat selama ini, dapat merasakan perubahan pak  haji dan bu hajjah yang makin peduli kepada orang lemah, makin memperhatikan ibadah sosial, karena Nabi mengatakan;
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ
 “Haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. Rasul ditanya: “Apa tanda-tanda mabrurnya?”. Nabi Saw menjawab: “Suka membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara” (HR. Ahmad, al-Tabrani, dan lain-lain).
Bila melihat hadits ini, maka harapan pak haji dan bu hajjah sangat mulia, yakni pulang dari mekkah menjadi haji mabrur yakni menjadi orang yang rajin memberi makan. Kalau semua pak haji dan bu hajjah yang pulang dari mekkah itu masing-masing memberi makan orang-orang miskin di sekitarnya, maka insyaallah tidak akan ada lagi orang-orang miskin yang minta-minta di jalan, tidak ada lagi orang-orang miskin minta-minta di masjid, tidak ada lagi orang berburuh daging kurban dari  masjid ke masjid, karena sudah mendapat perhatian dari pak haji dan bu hajjah
 Namun sangat disayangkan, dari sekian ribu pak haji dan bu hajjah yang pulang dari mekkah setiap tahun, paling hanya beberapa persen yang menjadi mabrur yang dikatakan Nabi suka memberi makan. Buktinya semakin banyak pak haji dan bu hajjah, tidak mengurangi orang-orang miskin yang meminta-minta. Padahal ketika berangkat doanya, semoga pulang menjadi haji yang mambrur (suka memberi makan, punya jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi)..

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kaitannya dengan hal ini, ada sebuah kisah menarik. Yakni kisah seorang ulama besar di masa  tabi’ut tabi’in yang lahir pada 118 H beliau bernama Abdullah bin Mubarak ; pada saat  beliau menunaikan ibadah haji. Setelah thawaf, ulama besar itu bermimpi. Ia melihat dua malaikat yang turun dari langit sedang bercakap-cakap.
Salah satu dari malaikat bertanya “Berapa jumlah umat Islam yang menunaikan haji pada tahun ini?” malaikat yang lain menjawab;“600.000 jama’ah haji,” “sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang diterima hajinya” masyaallah… Dalam mimpi itu, Abdullah bin Mubarak merasa terperangah. Jumlah sebanyak itu tak ada yang diterima? “Padahal jama’ah haji ini datang dari berbagai negeri. Mereka sudah mengeluarkan banyak uang, melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan. Bagaimana mungkin semuanya tidak diterima?” Ibnu Mubarak menangis. “Namun…” lanjut malaikat, “Ada satu orang yang hajinya diterima. Namanya Ali bin Muwaffaq, seorang penduduk Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu. Sebenarnya ia tidak jadi berangkat haji, tetapi Allah menerima hajinya dan mengampuni dosanya. Bahkan berkat dia, seluruh jama’ah haji yang sekarang ada di tanah suci ini diterima hajinya oleh Allah.
Abdullah bin Mubarak sangat bahagia. Ia bersyukur, hajinya dan haji seluruh jama’ah diterima. Sayangnya, Abdullah bin Mubarak terbangun sebelum mendengarkan dialog malaikat berikutnya. Sehingga ia pun tidak mengetahui lebih lanjut siapa orang mulia yang karenanya haji ratusan ribu orang ini diterima. Musim haji selesai, rasa penasaran Abdullah bin Mubarak semakin menjadi. Maka ia pun memutuskan untuk pergi ke Damaskus, mencari seorang lelaki yang hajinya diterima sebelum ia datang ke tanah suci.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah
Damaskus bukanlah kota kecil. Alangkah susahnya mencari seseorang yang hanya diketahui nama dan profesinya, tanpa diketahui alamatnya, zaman itu belum ada Hp, Namun dengan izin Allah, setelah berusaha dan bertanya ke sana kemari, akhirnya Abdullah bin Mubarak dapat menemukan rumah orang yang bernama Ali bin Muwaffaq. “Assalamu’alaikum,” kata Abdullah bin Mubarak di depan rumah itu.“Wa’alaikum salam”“Benarkah ini rumah Ali bin Muwaffaq, tukang sepatu?”“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?”“Saya Abdullah bin Mubarak, sewaktu haji saya bermimpi dua malaikat bercakap-cakap bahwa seluruh jama’ah haji tidak diterima hajinya kecuali Ali bin Muwaffaq, tukang sepatu dari Damaskus. Padahal Ali bin Muwaffaq tidak jadi berangkat haji. Lebih dari itu, Allah akhirnya menerima haji seluruh jama’ah berkat Ali bin Muwaffaq” mendengar itu Ali bin Muwaffaq sangat terkejut, hingga jatuh pingsan.
Setelah ia sadar, Abdullah bin Mubarak menceritakan kisahnya lebih lengkap. “Amal apakah yang telah engkau lakukan sehingga Allah menerima hajimu padahal engkau tidak jadi berangkat ke tanah suci?” “Ya, aku memang tidak jadi berangkat haji. Sungguh anugerah dari Allah jika Allah mencatatku sebagai orang yang hajinya diterima. Sebenarnya aku telah menabung sejak lama, hingga terkumpullah biaya haji. Namun suatu hari, sebelum aku berangkat ke tanah suci, aku dan istriku mencium masakan yang sedap. Istriku yang sedang mengandung jadi sangat ingin masakan itu. Lalu kucari sumbernya, ternyata dari tetanggaku. Aku katakan maksudku, namun ia malah menjawab, ‘Sudah beberapa hari anakku tidak makan. Hari ini aku menemukan keledai mati tergeletak, lalu aku memotong dan memasakknya menjadi masakan ini. Makanan ini tidak halal untuk kalian.’ Mendengar itu, aku merasa tertampar sekaligus sangat sedih. Bagaimana mungkin aku akan berangkat haji sedangkan tetanggaku tidak bisa makan dan kelaparan. Maka kuambil seluruh uangku dan kuserahkan padanya untuk memberikan makan anak dan keluarganya. Karena itu, aku tidak jadi berangkat haji.” Abdullah bin Mubarak terharu. Bulir-bulir air mata membasahi pipi ulama itu. “Sungguh pantas engkau menjadi mabrur sebelum haji. Sungguh pantas hajimu diterima sebelum engkau pergi ke tanah suci,” kata Abdullah bin Mubarak kepada Ali bin Muwaffaq.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dari kisah di atas dapatlah kita ambil pelajaran penting untuk merubah cara pandang kita terhadap ibadah haji; bahwa ;Tidak  selamanya amalan wajib lebih baik dari amalan sunnah. Seperti kisah di atas, ibadah haji adalah wajib bagi orang yang mampu, tapi karna orang di sekitarnya ada yang kelaparan maka ia mengutamakan memberi dan memenuhi kebutuhan orang orang yang lapar, dan itu lebih bernilai di sisi Allah.  Lalu bagaimana dengan pak haji dan bu hajjah kita saat ini?..jawabanya pastilah ia mengutamakan ibadah haji sebab di samping lama menunggu berangkatnya juga ada gelarnya yakni pak haji dan bu hajjah, kalau bersedekah  memberi orang makan hanya sunnah dan tidak ada gelarnya. dan lagian kalau di mekkah sholatnya di masjid berjamaah, lebih dekat dengan Tuhan, pahalanya lebih banyak dan bisa jalan-jalan. Itulah komentar sebagian pak haji dan bu hajjah. Sehingga pantasan haji ingin berkali-kali, pulang ketanah air jarag kemasjid, ucapan kotor, lokek bin pelit, dengan keluarga tetangga tidak ada yang akur,,,Na’uzibillah… Kata Ibnu Abbas ‘Saya mendengar Rosulullah  bersabda;

لَيْسَ اْلمـُؤْمِنُ الَّذِى يَشْبَعُ وَ جَارُهُ جَائِعٌ
“Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga (yang di sebelah)nya kelaparan”. [HR al-Bukhori)

مَنْ خُتِمَ لَهُ بِإِطْعَامِ مِسْكِيْنٍ مُحْتَسِبًا عَلَى اللهِ عز و جل دَخَلَ اْلجَنَّةَ
“Barangsiapa yang diakhiri (hidupnya) dengan memberi makan kepada orang miskin dalam rangka mencari keridloan Allah Azza wa Jalla maka ia akan masuk surga.  [HR.Ahmad)

Nah.. sebagian besar umat Islam hampir tidak menyadari akan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam ibadah haji. Umumnya mereka menganggap bahwa ibadah haji adalah semata-mata ibadah spritual yang menghubungkan antara makhluk dengan Tuhannya dan tidak memiliki keterkaitan dengan interaksi sosial antarsesama manusia. Hal ini dibuktikan bahwa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi dalam komunitas masyarakat, walaupun tiap-tiap individu di dalamnya telah melaksanakan ibadah haji berkali-kali. Padahal, dalam ritual ibadah haji ini memiliki kekuatan besar untuk memperbaiki kondisi umat Islam yang saat ini sedang berada di masa kegelapan.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Menyaksikan segala fenomena ini, banyak orang bertanya-tanya. Di negeri yang subur makmur, terdiri dari puluhan ribu pulau, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran di seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan jumlahnya. Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal Qur’an begitu banyak, jauh lebih banyak dari artis sinetron atau penyanyi dangdut. Mereka berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan ulama yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Tapi mengapa segala fasilitas kebaikan ini tidak memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia? Laju kemungkaran, narkoba, pornoaksi di satu sisi; kemiskinan, bencana alam, penyakit epidemi, seakan telah menjadi kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral terus saja menghantui kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi, sekalipun ada UU anti korupsi dan ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi koruptor seakan tak habis-habisnya diberantas. Subhanallah!.
Apa sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat kita? Setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang berangkat naik haji ke Baitullah, Makkah al-Mukarramah. Mereka yang masih memiliki akal sehat tentu bertanya-tanya, mengapa semakin banyak manusia Indonesia pergi menunaikan ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat, ternyata belum berpengaruh positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan sosial rakyat negeri ini?

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah haji. Petama golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya kepada Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
“Ada orang-orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.” Orang semacam ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun.” [Al-Baqarah, : 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada pada semua generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam tentang haji, hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak para pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji atau umrah dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau hartawan muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari jodoh, dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang halal atau haram, apakah dari usaha maksiat ataukah usaha yang benar, apakah hasil korupsi dan dari jual beli barang haram, tidak dipedulikan lagi.
Golongan kedua, adalah orang yang beribadah haji untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala pandangannya dan lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk kebaikan nasibnya di dua negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ada juga orang yang ketika wukuf di Arafah berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah, : 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih jauh jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya di akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong seseorang untuk berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal kebajikannya berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub ilallah. Ibarat pepatah: “Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja seekor onta”. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan untuk haji agar meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua golongan jamaah haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan Hajjah, agar mereka menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kini, saat kita bersimpuh di haribaan Ilahy, di hadapan kita begitu banyak persoalan hidup, dengan berbagai kejadian serta pengalaman yang memedihkan, seakan kita sedang berdiri di tepian jurang, pada malam gelap gulita. Negri ini tengah menuai akibat dari kelakuan manusia-manusia tidak bermoral, ingkar dan tidak tunduk pada aturan Allah.
Sungguh memperihatinkan. posisi umat Islam kian lemah, terpinggirkan, dan panggung kekuasaan berpindah-pindah dari tangan penguasa yang satu kepada penguasa lainnya. Memang benar, pejabat negara, menteri, termasuk anggota partai berbasis agama, nasionalis maupun sekuler, mayoritas beragama Islam. Akan tetapi keadaan mereka seperti firman Allah:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ . وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Wahai Muhammad, ada orang-orang yang jika berbicara tentang kehidupan dunia ini mempesona kamu. Orang itu bersumpah dengan nama Allah bahwa dia mencintai Islam, padahal sebenarnya dia sangat keras mengingkari kebenaran Islam. Wahai Muhammad, apabila orang itu berpisah dari kamu, dia melakukan perbuatan-perbuatan dosa, merusak pertanian dan peternakan. Allah tidak menyukai perbuatan-perbuatan dosa semacam itu.” [QS:Al-Baqarah, : 204-205]
Ayat ini membongkar identitas  manusia. Banyak di antara tokoh Islam yang lihai berbicara tentang ajaran Islam dan mempesona pendengarnya, seolah-olah dia pembela Islam. Mereka meyakinkan masyarakat tentang ketulusan dan kebaikannya, padahal hatinya penuh dengan kedengkian, culas dan menentang Islam. Mereka merajut dusta, sehingga berbeda omongan dan fakta. Padahal mereka punya kesempatan dan otoritas di pemerintahan untuk meninggikan Islam, tapi tidak dilakukan. Bahkan mereka menjadi penentang aturan-aturan untuk kemaslahatan umat islam. Mereka lebih nyaman dengan bermunculannya suara-suara karoke di sekitar masjid ketimbang mendengar suara azan dimasjid.
Kaum munafik pandai memoles diri dengan kata-kata. Di depan orang Islam nampak lebih Islami dari orang Islam lainnya. Sebaliknya di depan orang kafir, dia lebih berani memusuhi Islam daripada orang kafir. Mereka memuji kebaikan Islam, tapi diajak memperjuangkan Islam tidak mau. Mereka mengkritik kebobrokan sistem komunis dan kapitalis, tapi diajak melaksanakan sistem Islam mereka menolak. Inilah hasil bimbingan setan, mereka kehilangan akal sehat dan terjauh dari rahmat Ilahi.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari raya idul adha ini disebut juga dengan hari raya kurban,,karena setelah sholat disunnahkan memotong hewan kurban untuk diberikan kepada orang-orang miskin,,kenapa Allah perintahkan berkurban itu dimusim haji, tentu ada kaitannya anatara ibadah haji dan ibadah kurban, sehingga intinya mengajarkan dan menyadarkan kita bahwa beragama tidak cukup dengan menyelesai hubungan dengan Allah, tapi juga harus memperbaki hubungan dengan sesama hamba Allah,,,kita harus peduli, kita harus memiliki jiwa sosial yang tinggi. Itu hakikat berislam sesungguhnya.
Marilah kita muhasabah, meluruskan aqidah dan memperbaiki akhlak, sekaligus koreksi total atas dosa serta kesalahan yang selama ini kita lakukan. Momentum Idul Adha kita jadikan kesempatan untuk instrospeksi. Jadikan segala tantangan sebagai saksi atas segala ikhtiar perjuangan yang kita lakukan. Kita memang tidak dapat mengubah arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur layar perahu ke arah tujuan kita berlayar? Mari  kita ber-Islam tidak dengan retorika, tetapi dengan mengamalkan tuntunan Islam secara kaffah, baik dimensi pribadi, keluarga, bangsa dan negara, demi terwujudnya negeri yang sejahtera dalam bingkai kemanusiaan yang adil dan beradab.

Allahuakbar 3x Walillahil ham.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini kami berpesan; Dengat semangat taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir kita, kita tingkatkan semangat pengorbanan dan solidaritas, kita pedomani dan kita tauladani kehidupan Nabi dan orang-orang sholeh..agar kehidupan kita lebih baik lagi. Akhirnya kita  mohonkan  taufiq, hidayah, dan “inayah, serta mau’nah Allah semoga para jamaah haji indonesia khususnya jamaah haji provinsi jambi dapat melaknakan segala prosesi ibadah hajinya dan pulang dengan membawa haji yang mabrur. dan kepada bapak-bapak ibu-ibu yang sudah berkurban, Kita ucapkan selamat kepada mereka semua, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati, amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Idul AdhaKUHBAT KEDUA                                                                                                                                        

للهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيْلاً لاَاِلَهَ اِلاّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْوَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.َ  اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا :اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى : اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى     يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Share this post :

Posting Komentar

Berita Lainnya

Kutipan


"Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk (Imam An Nawawi)"



Get this widget!
 
Support : Creating Website | Doni Ari Efendi,S.Pd.I
Copyright © 2015. Bidang Penais, Zakat dan Wakaf

Proudly powered by Blogger