Gadis Amerika Serikat itu tampak gelisah. Satu per
satu penumpang lift telah keluar, dan kini tinggallah ia bersama seorang pemuda
Maroko. Ia khawatir akan diganggu atau terjadi apa-apa dengannya, sebab ia akan
berada cukup lama di dalam lift di gedung tinggi itu. Telah banyak tindak
kejahatan terjadi di New York. Dan berada di lift hanya berdua dengan pemuda
asing, ketakutan itu makin menggelayut. Ia memasang kewaspadaan, sembari
mengamati gerak-gerik pemuda itu.
Ia hampir tiba di lantai tujuan. Pelan-pelan perasaan
khawatirnya mulai menghilang, berganti penasaran. Pasalnya, ia melihat pemuda
itu tampak selalu menundukkan pandangan.
Saat keluar dari lift, gadis itu memberanikan diri bertanya. “Apakah aku tidak cantik?”
Saat keluar dari lift, gadis itu memberanikan diri bertanya. “Apakah aku tidak cantik?”
“Bagaimana aku tahu engkau cantik atau tidak, aku
tidak melihat wajahmu,” kata pemuda itu masih dengan menundukkan pandangan.
“Mengapa engau tidak melihatku, apakah aku tidak cantik?”
“Agamaku melarangku.”
“Aku sempat berpikir engkau akan menggangguku”
“Aku takut kepada Allah”
“Agamamu yang telah melarangmu melihat wajah gadis
asing, pasti juga melarangmu mengganggu kan?”
“Ya, Islam melarang kami berbuat buruk. Termasuk
mengganggu orang lain”
Sang gadis berpikir dengan cepat. Ini adalah mutiara langka, simpulnya. Pria seperti inilah yang dicarinya. Pria yang baik hati, taat kepada agamanya dan pasti setia.
Sang gadis berpikir dengan cepat. Ini adalah mutiara langka, simpulnya. Pria seperti inilah yang dicarinya. Pria yang baik hati, taat kepada agamanya dan pasti setia.
“Maukah engkau menikah denganku?” Mungkin pertanyaan
itu amat tabu bagi banyak wanita Asia, tetapi gadis Amerika itu tanpa malu
mengatakan kejujuran hatinya saat itu juga. Ia tidak banyak mempertimbangkan
apakah sang pemuda itu nantinya mau atau menolak. Jika ia mau, berarti ia telah
beruntung dengan langsung menanyainya. Kalaupun tidak pemuda itu tidak mau, toh
hanya mereka yang tahu dialog itu. Tidak akan ada ruginya, tidak pula
menjatuhkan harga dirinya.
“Saya muslim. Apa agamamu?” tanya sang pemuda.
“Saya bukan muslimah”
“Kalau begitu saya tidak bisa menikah denganmu”
“Jika aku masuk agamamu, apakah engkau mau menikah
denganku?”
“Ya, insya Allah”
Gadis cantik itu kemudian bertanya bagaimana cara
masuk Islam. Dengan cepat, ia juga mempelajari Islam. Akhirnya, gadis cantik
itu menjadi mualaf dan menikah dengan pemuda Maroko tersebut.
Pemuda Maroko itu tidak menyangka, istrinya adalah
seorang gadis yang kaya raya. Rupanya ia mendapatkan warisan yang sangat banyak
dari orang tuanya. Kini, jadilah pemuda Maroko itu orang yang kaya raya bersama
istrinya yang cantik dan shalihah.
Masya Allah… Pemuda itu telah menghindarkan dua
matanya dari hal yang dilarang Allah, maka Allah kini membalasnya dengan dua
kebaikan; mendapatkan gadis itu dan menjadi orang kaya. [Disarikan dari kisah
yang diceritakan ulama Mesir Syaikh Muhammad Hassan]
Posting Komentar